Ads: 468x60

Sabtu, 27 September 2014

Persiapkan Cintamu

Aku bisa mengerti dan memahami jika engkau mendambakan pendamping hidup yang membuatmu tertarik dan kagum secara ragawi.
Itu adalah kodrat yang dilekatkan Tuhan pada dirimu.
Engkau tidak bisa menghindari dorongan yang muncul darinya
Tetapi kelak engkau akan dibuat tidak berdaya olehnya.
Sebab daya tarik seperti itu tidak langgeng
Aku juga bisa memaklumi jika engkau mendambakan pasangan hidup yang selalu bisa mempergauli dirimu dengan kemulyaan akhlaqnya.
Itu kebutuhan terpenting semua laki laki dan wanita.
Tetapi kelak engkau akan mengalami saat saat kecewa.
Sebab pasangan hidupmu itu adalah manusia biasa seperti dirimu.
Yang pasti tidak bisa terus menerus mengalirkan kebaikan secara tulus untukmu.
Lebih baik engkau memilih berusaha mencintai dan memperlakukannya secara. sempurna daripada terus berharap dicintai dan diperlakukan secara sempurna.
Engkau akan senatiasa bisa mencintai seperti itu jika engkau ikat dirimu sekuat kuatnya dengan PEMILIK, PENCIPTA TUNGGAL serta PENGATUR MUTLAK KEHIDUPAN INI.
Dengan ruku dan sujud mu yang panjang kepads NYA.
Juga dengan ayat demi ayat NYA yang engkau baca dengan segenap cinta dan rindumu.
Serta lewat dzikir dan tafakkurmu kepada kebesaran, keagungan dan kesempurnaan kekuasaan NYA.
Dan dengan fondasi imanmu akan kepastian balasan NYA yang pasti adil.
Jika dengan cara itu engkau persiapkan cintamu.
Engkau akan selalu bisa mencintai tanpa terputus waktu.
Engkau akan bisa membuktikan kesetiaan cintamu pada pendamping hidupmu dengan curahan kasih sayang yang terus tumbuh.
Engkau akan sanggup menjadi matahari kehidupan bagi pasangan sucimu

Rabu, 24 September 2014

Inilah Satu - Satunya Pilihan dan Pegangan Hidupmu

Bertambah jauh engkau berjalan, engkau akan semakin membutuhkan sahabat perjalanan.
Yang bisa memotivasimu saat kelelahanmu datang.
Yang bisa menyemangatimu saat engkau mulai menapaki beratnya tanjakan.
Yang bisa menunjukimu saat engkau kehilangan arah perjalanan.
Bertambah sepi sendiri engkau dalam hidup ini, engkau akan semakin memerlukan kehadiran seorang teman.
Yang bisa menghiburmu saat kesendirianmu itu makin menjenuhkan.
Yang bisa meluaskan dan melapangkan perasaan serta jiwamu saat kesempitan mulai menekanmu.

Bertambah berat beban perjuangan hidup yang harus engkau pikul diatas pundakmu, engkau akan semakin membutuhkan tambahan kekuatan.
Yang bisa mengembalikan kesanggupanmu melanjutkan perjuangan demi mewujudkan mimpi besar hidupmu.
Yang bisa mengokohkan serta menegarkan perasaan dan jiwamu bahwa sebuah kehidupan yang jauh lebih mulya masih mungkin engkau gennggam setelah engkau tanpa henti berjuang.

Bertambah rumit persoalan hidup yang harus engkau pecahkan, engkau akan semakin memerlukan kecemerlangan pikiran.
Yang bisa membantumu mengurai benang kusut masalah masalah kehidupan.
Yang bisa menolongmu untuk jernih berpikir mengambil berbagai keputusan.

Bertambah lama waktu yang harus engkau habiskan untuk berjuang dalam hidup ini, engkau akan semakin membutuhkan keabadian pengertian, pengakuan, dukungan dan pujian.
Sebab itu yang selalu bisa menjadi penghibur jiwamu agar tidak menyerah ditengah jalan.
Kelak engkau akan semakin sadar bahwa semua yang engkau butuhkan itu sepenuhnya secara sempurna berada ditangan PENCIPTAMU, YANG SENANTIASA MENGURUSMU DAN MENGURUS KEHIDUPAN INI tanpa henti.


Maka sudah sepantasnyalah jika engkau menjunjung KETULUSAN diatas jalan NYA dalam sepotong kehidupan yang kini diberikan NYA kepadamu.

Artikel : Akhmad Arqom

Senin, 10 Maret 2014

Kandungan Surat An-Nur Ayat 30


اللهَ قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’

1. Asbaabun Nuzul (QS/24 :30)
Nabi saw. pernah memalingkan muka anak pamannya yang bernama al-Fadhl bin Abbas, dari melihat wanita Khats'amiyah pada waktu haji, ketika beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita itu. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah saw.,"Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?" Beliau saw.menjawab, "Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi,maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka."
Karena itu, Islam melarang lelaki dan wanita yang bukan mahram berpandangan antara satu sama lain justeru dibimbangi mendatangkan fitnah yang boleh mendorong kepada gejala kerosakan akhlaq yang lebih besar seperti penzinaan dan seumpamanya. Namun bagi pandangan yang tidak disengajakan ia tidak mendatangkan sebarang dosa sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits Rasulullah SAW kepada Ali ra. disebutkan bahwa,
’Jangan lah kamu mengikuti pandangan pertama (kepada wanita) dengan pandangan berikutnya. Karena yang pertama itu untukmu dan yang kedua adalah ancaman / dosa”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizy dan Hakim).

2. Telaah Tafsir
a. Tafsir Ibnu Katsir
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ
Artinya :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
(QS An nur : 30)

Ini merupakan perintah Allah kepada hamba2Nya yang beriman agar mereka menahan pandangan dari perkara2 yang haram diihat. Janganlah melihat kecuali kepada hal-hal yang dibolehkan untuk dilihat dan hendaklah mereka menahan pandangan dari perkara2 yang haram untuk dilihat, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, dari Abu Zur’ah bin Amr bin Jarir dari kakeknya, yakni Jarir bin ‘Abdillah Al Bajali RA, ia berkata “Aku bertanya kepada rasulullah SAW tentang pandangan spontan. Beliau memerintahkanku agar segera memalingkan pandangan.”
Demikian pula diriwayatkan oleh Ahmad dari Husyaim, dari Yunus bin ‘Ubaid. Abu Dawud, At Tirmidzi dan an Nasa’I juga meriwayatkannya, at Tirmidzi berkata ‘hasan shahih’. Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafazh ‘Tundukkanlah pandanganmu’ yakni menundukkan pandangan ke bawah. Memalingkan memiliki makna yang lebih umum, karena boleh jadi dengan memandang ke bawah atau ke arah lain, wallahu’alam.
Abu Dawud meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata : “Rasulullah SAW berkata kepada ‘Ali ‘Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama untukmu(dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu(tidak dimaafkan)”. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari hadits Syuraik, lalu beliau berkata ;Gharib, kami tidak mengetahui kecuali dari haditsnya.
Dalam kitab shahih diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri RA,bahwa Rasulullah SAW bersabda “Hindarilah duduk2 dipinggir jalan!”Mereka berkata “Wahai Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkannya karena kami biasa mengobrol disana!” rasul bersabda “Jika kalian merasa tidak bisa meninggalkannya, maka berilah hak jalan” Mereka bertanya “Wahai Rasulullah apakah hak jalan itu?”
Rasulullah bersabda “Menundukkan pandangan, menyingkirkan gangguan, menjawab salam dan amar ma’ruf nahi munkar” Abul Qasim Al Baghawi meriwayatkan ; teleh menceritakan kepada kami Thalut bin ‘Abbad, ia berkata ; telah menceritakan kepada kai Fudhail bin Husain, ia berkata : Aku telah mendengar Abu Umamah berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Berilah jaminan untukku (utuk tidak melakukan) enam perkara ini, niscaya aku jamin bagi kalian surga, jika bericara janganlah dusta, jika diberi amanah janganlah dikhianati, jika berjanji janganlah diingkari, tundukkanlah pandangan kalian, tahanlah tangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian”.
Dalam shahih Al bukhari disebutkan “barangsiapa menjamin bagiku antara dua janggutnya (mulutnya) dan dua kakinya (kemaluannya) niscaya aku jamin untuknya Surga”.
Firman Allah “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya”, pandangan mata dapat menyebabkan rusaknya hati, seperti yang disebutkan oleh sebagian salaf “pandangan mata merupakan panah beracun yang mengincar hati”. Oleh karena itulah Allah memerintahkan kita untuk menjaga kemaluan sebagaimana Dia memerintahkan kita untuk menjaga pandangan yang merupakan pendorong ke arah itu. Allah berfirman “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” , menjaga kemaluan kadangkala maksudnya adalah menegah diri dari perbuatan zina, seperti yang Allah sebutkan dalam ayat “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya “ (QS Al Mu’minun :5).
Dan kadangkala menjaganya agar tidak terlihat oleh orang lain, seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dalam musnad Ahmad dan kitab-kitab Sunan : “jagalah auratmu, kecuali terhadap istrimu atau budak2 yang kamu miliki”.
Firman Allah “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” lebih suci bagi hati mereka dan lebih bersih bagi agama mereka. Sebagaimana disebutkan “barangsiapa menjaga pandangannya maka Allah akan memberinya cahaya pada pandangannya atau hatinya”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah RA, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda “Tidaklah seorang muslim melihat kecantikan seorang wanita kemudian ia menundukkan pandangannya, melainkan Allah akan menggantinya dengan ibadah yang dia rasakan manisnya”. Hadits ini diriwayatkan secara marfu’ dari Abdullah bin umar, Hudzaifah Ibnul Yaman dan ‘Aisyah r’anha, akan tetapi sanad2nya dha’if, hanya saja dalam bab targhib dan sejenisnya, riwayat seperti ini masih bisa ditolelir.
Firman Allah “sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” sama seperti firman Allah dalam ayat lain “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (QS Al Mu’min :19)
Dalam Kitab Ash Shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, rasulullah SAW bersabda “Setiap anak adam telah ditulis baginya bagian dari zina. Ia pasti melakukannya tanpa bisa dihindari, zina mata adalah memandang, zina lisan adalah berbicara, zina telinga adalah mendengar, zina tangan adalah menggunakannya, zina kaki adalah melangkah, jiwa berharap dan berhasrat, dan kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya” Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq dan Muslim secara musnad dari jalur lain yang senada dengan yang disebutkan.
Ibnu Abbas RA berkata tentang firman Allah Ta’ala “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (QS Al Mu’min :19) “Yaitu seorang laki2 yang masuk ke sebuah penghuni rumah (bertamu) yang didalamnya terdapat seorang wanita cantik, atau wanita itu sedang melewatinya. Jika mereka(wanita tadi dan penghuni rumah –ed), dia (laki2 itu) pun menoleh kepada wanita itu dan jika mereka mengawasi, dia pun menahan pandangannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui hatinya yang berkeinginan seandainya dia berhasil melihat auratnya (HR Ibnu Abi Hatim)

3. Kajian Keilmuan
a. Salah Kaprah Dalam Bercinta
Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan “pacaran“. Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’: 32). Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya.”
(HR. Bukhari & Muslim).


Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggallah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya….

b. Iblis, Sang Penyesat Ulung
Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, “Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shaad: 82). Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari & Muslim). Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain.
Ringkasnya sms-an dengan lawan jenis, bukan saudara dan bukan karena kebutuhan mendesak adalah haram dengan beberapa alasan: (a) ini adalah semi berdua-duaan, (b) buang-buang pulsa, dan (c) ini adalah jalan menuju perkara yang haram. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Berlebihan memandang dengan mata menimbulkan anggapan indah apa yang dipandang dan bertautnya hati yang memandang kepadanya. Selanjutnya terlahirlah berbagai kerusakan dan bencana dalam hatinya. Diantaranya :
Pertama, pandangan adalah anak panah beracun diantara anak panah iblis, barangsiapa menundukkan pandangannya karena Allah Subhanahu Wa Ta?ala, Dia akan berikan kepadanya kenikmatan dan kedamaian dalam hatinya yang ia rasakan sampai bertemu denganNya.
Kedua, masuknya setan ketika seseorang memandang. Sesungguhnya masuknya setan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruangan hampa. Setan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu, ia nyalakan api syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang dipandangnya.
Ketiga, pandangan menyibukkan hati, menjadikannya lupa akan hal-hal yang bermanfaat baginya, dan menjadi penghalang antara keduanya. Akhirnya, urusannyapun menjadi kacau, ia selalu lalai dan mengikuti hawa nafsunya. Allah Subhanahu Wa Ta?ala berfirman: ?Dan janganlah kamu taat kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya kacau- balau.? (Q.S.Al-Kahfi: 28)
Demikianlah, melepaskan pandangan secara bebas mengakibatkan tiga bencana ini.
Para dokter hati (ulama) bertutur, ?Antara mata dan hati ada kaitan yang sangat erat, bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun rusak dan hancur. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak dihuni cinta dan ma?rifatullah, tidak akan merasa tenang dan damai bersama Allah dan tidak akan mau Inabah (kembali) kepada Allah. Yang tinggal di dalamnya adalah kebalikan dari semua itu.?
Membiarkan pandangan lepas adalah maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta?ala dan dosa sebagaimana firmanNya pada An-Nur 30 dan 31 yang telah disebutkan.
Allah Subhanahu Wa Ta?ala berfirman: ?Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati?. (QS. Ghafir / Al-Mukmin: 19).
Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati menjadi gelap, sebagaimana menahan pandangan menyebabkan hati bercahaya. Bila hati telah bersinar maka seluruh kebaikan akan masuk kedalamnya dari segala penjuru, sebaliknya apabila hati telah gelap maka akan masuk kedalamnya berbagai keburukan dan bencana dari segala penjuru.



4. Hadist-hadist yang Menunjang
Rasulullah bersabda:
"Semua mata kelak akan menangis dihari kiamat, kecuali mata yang ditundukkan dari pandangan yang haram, mata yang terjaga ketika jihad fi sabilillah dan mata yang darinya menetes air mata sekalipun sebesar kepala lalat karena takut kepada Allah." (Hadits marfu' diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari Abu Hurairah ra.)


Harits al-Muhasiby berkata:
"Kewajiban pendangan adalah tunduk dari segala yang diharamkan dan tidak berusaha mengintip sesuatu yang telah terhijab dan tertutup.





Berkata Imam Hambaly rahimakumullahu: "Hendaklah orang yang berakal itu waspada dari sikap mengobral pandangan. Sesungguhnya mata, ketika melihat seseorang yang oleh syariat dilarang untuk digauli dan dicampuri, mata akan menilainya sebagai sesuatu yang paling indah, paling baik, paling sesuai dan paling utama dari sesuatu yang halal dan baik baginya. Itu adalah hiasan dan tipuan syaithan. Mereka berusaha agar korban fitnah itu dapat digirng dari yang halal dan suci kepada yang haram dan kotor. Atau supaya ia menjadi benci denngan yang halal miliknya dan cinta kepada yang haram dan tidak halal baginya. Bisa jadi setelah itu timbul rasa rindu, setelah itu binasalah badan dan agamanya. Berapa banyak pandangan yang membuat pelakunya menjadi gelisah." (al-Furuu')
"Menundukkan pandangan mengandung rahasia hikmah yang banyak, diantaranya ia adalah perintah Allah, melaksanakannya berarti membawa kebahagiaan, mencegah pengaruh negatif akibat pandangan yang berbisa, menghidupkan ketabahan dan memberi ketenangan jiwa,
Menjadikan hati bercahaya, pelakunya akan memiliki ketajaman firasat, menutup pintu-pintu gangguan syaithan, bahwa antara mata dan hati saling mempengaruhi." (Imam Ibnul Qayyim al-jauziyah)
Seorang shaleh berkata: "Barangsiapa yang memakmurkan lahiriahnya dengan sunnah dan batinnya dengan muraqabah, menahan pandangannya dari perkara larangan, mencegah dirinya dari perkara syubhat dan memakan makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan meleset."
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, dari Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wasallam bersabda: ?Telah di tetapkan kepada manusia bagiannya dari perzinahan, ia pasti melakukan hal itu. Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memukul (meraba), kaki zinanya adalah melangkah, hati berkeinginan dan berangan-angan, dan yang membenarkan atau menggagalkan semua itu adalah kemaluan.?(HR.Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
Dari Jarir Radhiallahu Anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wasallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak sengaja), Beliau Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Salam menjawab: ?Alihkan pandanganmu.?(HR.Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimy dan Ahmad)
“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina, dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina, dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina, dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara, hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Makna dari hadits di atas adalah anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina. Maka di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram (untuk dimasuki karena bukan pasangan hidupnya yang sah, pent.). Dan di antara mereka ada yang zinanya secara majazi (kiasan) dengan memandang yang haram, mendengar perbuatan zina dan perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang bukan mahramnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau untuk melihat zina, atau untuk menyentuh wanita non mahram atau untuk melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita non mahram dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya. Semuanya ini termasuk zina secara majazi. Sementara kemaluannya membenarkan semua itu atau mendustakannya.
Maknanya, terkadang ia merealisasikan zina tersebut dengan kemaluannya, dan terkadang ia tidak merealisasikannya dengan tidak memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram, sekalipun dekat dengannya.” (Syarhu Shahih Muslim, 16/206)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…?” (An-Nur: 30-31)

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Artinya :
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 6880)
Ibnu Qayyim mengurai tentang bahaya pandangan dengan menjelaskan,
“Sesungguhnya setiap kejadian (buruk) berawal dari penglihatan.Sebagaimana kejadian besar yang bermula dari sikap meremehkan terhadap sesuatu yang kecil yaitu memandang, yang karena diremehkan lalu berkembang menjadi suatu keinginan, kemudian melangkah menjadi niat untuk berbuat dan kemudian terjadilah perbuatan yang diharamkan (dosa).”
"Seorang muslim yang memandang kecantikan wanita (bukan mahram) lantas ia menundukkan pandangannya niscaya Allah akan melimpahkan kelezatan dalam beribadah." (HR.Ahmad)

"Pandangan adalah salah satu anak panah yang dimiliki iblis, maka barangsiapa yang memejamkan pandangannya karena Allah, maka Dia akan memberi rasa manisnya iman dalam hatinya, sampai pada hari dimana ia menghadap kepada-Nya." (HR. Ahmad)

Jumat, 17 Januari 2014

Indahnya Memaafkan

Dalam menjalani hidup sosial dan bermasyarakat, manusia tidak lepas dari sebuah kesalahan, entah itu terhadap keluarga, tetangga, atau kawan. Kesalahan adalah sesuatu yang wajar ketika berinteraksi dengan sesama. Namun menjadi sesuatu yang luar biasa, jika kita bisa menyikapi kesalahan itu dengan saling memaafkan. “Setiap anak adam tidak luput dari kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.”(HR. Tirmidzi).

Mugkin suatu saat kita pernah dijahili oleh teman, kemudian kita merasa sakit hati. Sakit hati itu sesuatu yang wajar, tapi jangan sampai itu berlarut-larut. Secara psikologis, saling memaafkan itu sehat dan menyehatkan.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik. Tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah.

Yang mendapatkan keuntungan pertama dari sikap memaafkan adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan seseorang. Semakin dalam rasa kesalahan, kebencian, dan permusuhan kita terhadapa seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.

Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban dimanapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul kemana-mana tadi akan hilang? Pengalaman sehari-hari akan mengatakan,”Tidak,”dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat hati yang telah terluka dan perih.

Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri ? begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang dan luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit. Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.

Jangan berlama-lama memelihara dendam dalam hati. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan. Meskipun momen lebaran telah berlalu, sudah seharusna budaya saling memaafkan bisa kita lestarikan tidak hanya pada momen-momen tertentu. Bila merasa salah kita harus sesegera mungkin minta maaf, dan jika ada orang lain yang berbuat salah segera kita maafkan tanpa perlu diminta.

Alangkah indahnya kalau saja dalam lingkungan keluarga dan pergaulan kita selalu terjalin hubungan cinta kasih yang tulus, yang satu selalu siap memaafkan yang lain. Pribadi yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta kasih biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat. Dan memaafkan itu cerminan kebesaran jiwa seseorang dan sekaligus mendatangkan kebahagiaan bagi kedua belah pihak. Allahu A’lam.(wan)

Sejuta Alasan Menolak Pacaran

Dilema memang membahas masalah pacaran, ada yang pro dan ada yang kontra. Sebagiamana kita tahu, pacaran sudah menjadi suatu yang lumrah bagi remaja muslim saat ini. Bukan saja sekedar karena nafsu tapi terkadang karena ingin menjaga eksitensi, biar di cap “laku”, ganteng, cantik dan sebagainya.

Lalu seperti  apa islam memandang masalah pacaran ini?

Islam adalah agama yang syamil (lengkap), kalau untuk urusan belakang (mandi, buang air dan lain-lain) saja islam punya tuntunan yang lengkap, tentu saja untuk urusan yang satu ini agama kita punya rambu-rambu yang harus ditaati.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “sesunguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagian dari zina, yang pasti akan mengenainya, zina lisan adalah berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Kalaulah kita ibaratkan zina sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan berpacaran ia sering melembut-lembutkan suara dihadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya?

Nah, lo bagi kamu yang masih demen pacaran, sudahkah kamu merasa kalau kamu sudah melanggar larangan Allah? Padahal Allah melarang kita mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-lsra’:32).

Ada teman yang beralasan pacaran biar semangat belajar, ada juga yang pengen mempererat ukhuwah. Sekilas, alsan ini cukup masuk akal, tapi coba pikir lagi, kalau kamu pacaran, waktu luang kamu banyak tersita untuk si dia. Yang harusnya kamu belajar, malah sibuk smsan, yang harunya ngerjain tugas malah ngelamunin si dia. Mempererat ukhuwah tidak harus pacaran kan? Coba mislanya dengan kegiatan keagamaan disekolah atau dikampus itu lebih bermanfaat.

“Ikut pengajiannya kan bisa bareng sama pacar, biar lebih semangat” Please deh, jangan dicampurkan yang haq dan yang batil, yang halal dan yang haram. Logikanya masa mau nyampur SUSU sama MIRAS? Yang ada itu campur SUSU sama KOPI, halal sama halal.

Alasan lain, pacaran adalah bentuk pengenalan dua insan yang saling mencintai dengan dilandai rasa saling percaya. Tapi coba dipikir lagi bagi kamu para PACARANER, apakah kamu pernah jujur sejujur-jujurnya kepada pacar kamu, baik tentang kehidupan kamu yang sekarang atau tentang masa lalu dengan pacar-pacar kamu yang dahulu. Sudah pasti jawabannya banyak bohongnya.

Kalau harus memilh pendamping hidup, antara yang demen pacaran dengan yang memegang teguh syariat agama kira-kira kamu pilih mana? Pasti kamu lebih memilh yang memegang teguh syariat kan? Lalu kenapa kamu berpacaran tapi memilih calon pendamping yang bersih.

Sudahlah kawan, banyak alasan untuk memutuskan pacar kamu, tapi diantara berjuta alasan yang ada, takut dosa adalah alasan paling keren dan bertanggung jawab dibandingkan yang lain. Kamu jadi males pacaran karena sudah nyadar bahwa pacaran hanya sebuah upaya untuk dekat-dekat dengan zina. Dan kamu juga telah tahu bahwa zina adalah sebuah jalan yang buruk untuk ditempuh. Yakinlah pada saatnya nanti, Allah akan memberimu jodoh yang terbaik, tentu saja denga jalan yang baik. Masa kamu rela dapat istri yang ternyata sudah punya 7 atau 8 mantan pacar. Enggak banget kan? Allahu A’lam. [wan]

7 Cara Agar Dapat Shalat Subuh Berjamaah

1. Ikhlaskan niat karena allah
setiap amalan tergantung dari niat maka niatkan agar bisa bangun awal agar bisa shalat subuh berjamaah.

2. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan rasulullah.
Rasululluah menyegarakan tidur diawal malam, berwudhu sebelum tidur kemudian mengambil posisi miring ke kanan serta berdo’a sebelum tidur.

3. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari.
Perut yang terlalu kenyang membuat susah tidur atau tidur lebih larut, akibatnya bangun pun akan lebih lambat. Sedangkan teh atau kopi, mengadung zat zat yang membuat kita sulit tidur.

4. Ingat keutamaan dan hikmah subuh, tulis dan gantunglah diatas dinding.
Sebagai motivasi setiap hari, agar bisa bangun diwaktu subuh.

5. Bantulah dengan tiga buah bel pengingat.
Alarm bisa dipasang beberapa buah, dan ada yang diletakkan sedikit jauh dari jangkauan tangan, sehingga harus berjalan untuk mematikannya. Tentu saja karena sudah mesti berjalan, maka akan bangun dengan sendirinya.

6. Meminta bantuan teman atau orang terdekat untuk membangunkan.
Dengan danya teman atau orang terdekat ( suami/istri ) yang dapat membangunkan saat subuh, membuat kita siap untuk bangun diwaktu subuh.

7. Ajaklah orang lain untuk shalat subuh dan mulailah dari keluarga.

Jumat, 06 Desember 2013

Taaruf dan Pacaran Menurut Islam


Dikarenakan banyak sahabat yang bertanya tentang perbedaan taaruf dan pacaran, berikut saya perjelas pembahasannya.. semoga bermanfaat.., bagi kita semua...

1. Apakah defenisi dari Ta’aruf ?
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah – taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.


2. Apakah Perbedaan Pacaran dan Ta’aruf ?
Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli motor second, tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus motor itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan motor itu.
Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir motor yang ahli memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar-menawar. Ketika melakukan taaruf, seseorang baik pihak pria atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetil, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi motor itu sendiri.

3. Ada Suatu Pertanyaan Seperti ini ?
a. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wanita) yang hendak dinikahi dengan tujuan untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ ..
“Katakan kepada kaum mukminin hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka –hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka .”
Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرِ الْفَجْأَةِ؟ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ
“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yg tiba-tiba ? mk beliau bersabda: ‘Palingkan pandanganmu’.”
Adapun suara dan ucapan wanita pada asal bukanlah aurat yg terlarang. Namun tidak boleh bagi seorang wanita bersuara dan berbicara lbh dari tuntutan hajat dan tdk boleh melembutkan suara. Demikian juga dengan isi pembicaraan tidak boleh berupa perkara-perkara yg membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian maka suara dan ucapan menjadi aurat dan fitnah yg terlarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا
“Maka janganlah kalian berbicara dgn suara yg lembut sehingga lelaki yg memiliki penyakit dlm kalbu menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yg ma’ruf / baik .”
Adalah para wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di sekitar beliau hadir para shahabat lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepentingan dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tdk berbicara lebih dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.

4. Proses Ta’aruf
Lalu bagaimana proses taaruf yang syar’i sehingga menuju pernikahan yang barokah?
Yang pertama yaitu tidak boleh menunggu, misalnya jarak antara taaruf dengan pernikahan selama satu tahun. Si akhawat diminta menunggu selama satu tahun karena ikhwannya harus bekerja terlebih dahulu atau harus menyelesaikan kuliah dulu. Hal ini jelas mendzolimi akhwat karena harus menunggu, dan juga apa ada jaminan bahwa saat proses menunggu itu tidak ada setan yang mengganggu??
Yang kedua adalah tidak boleh malu-malu, jadi kalau memang sudah siap untuk menikah sebaiknya segera untuk mengajukan diri untuk bertaaruf. Apabila malu-malu maka proses Ta’aruf akan tidak terjadi atau tidak akan lancar dalam prosesnya, nah jadi repot sendiri kita.
Kemudian yang ketiga dapat melalui jalur mana saja. Maksudnya adalah kita bisa meminta bantuan siapa saja untuk mencarikan calon pendamping kita, mulai dari orang tua, murobbi, saudara, kawan atau orang-orang yang dapat kita percaya.
Etika selama bertaaruf yaitu jangan terburu-buru menjatuhkan cinta. Misalnya ketika kita mendapatkan satu biodata calon pasangan tanpa mengenal lebih dalam, tiba-tiba sudah yakin dengan pilihan itu. Alangkah baiknya jika mengenal lebih dalam mulai dari kepribadian, fisik, dan juga latar belakang keluarganya, sehingga nanti tidak seperti membeli kucing dalam karung. Akan tetapi tidak terburu-buru dalam menjatuhkan cita itu juga tidak boleh terlalu lama dan bertele-tele. Sebaiknya menanyakan hal yang penting dan to the point. Hal ini juga untuk menghindari godaan setan yang lebih dahsyat lagi.
Proses taaruf dikatakan selesai jika sudah mendapatan tiga hal yaitu
1. Tentang budaya keluarga,
2. proyeksi masa depan dan
3. visi hidup dari masing masing.
Nah jika ketiga hal ini sudak didapatkan maka proses taaruf selesai, dan berlanjut ke tingkat berikutnya apakan dilanjutkan atau tidak. Jika iya maka segera untuk ditindak lajuti bersama dengan pihak keluarga kedua belah pihak kalau istilah jawanya “rembug tuwo”. Dan ingat pada saat proses menunggu datangnya hari bahagia itu godaan setan akan bertumpuk-tumpuk, akan ada saja yang menggoda kita melalui berbagai macam hal. Jadi untuk menghindari itu perbanyak dzikir mengingat Allah, dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Karena dengan itu maka Allah akan senantiasa melindungi hati kita, pikiran kita dan tindakan kita dari  hal-hal yang dilarang.

5. Kesimpulan
Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah.
Wallahul musta’an
(Allah-lah tempat meminta pertolongan).
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:
“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)
Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat. Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik hijab.
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (130-129/5 cetakan Darul Atsar) berkata: “Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak membangkitkan syahwat atau tanpa disertai dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.”
Perkara ini diistilahkan dengan ta’aruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan nazhor, yaitu melihat wanita yang hendak dilamar. Nazhor memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang membutuhkan pembahasan khusus .
Semoga Membawa Manfaat.
Wallahu a’lam.