Ads: 468x60

Jumat, 17 Januari 2014

Indahnya Memaafkan

Dalam menjalani hidup sosial dan bermasyarakat, manusia tidak lepas dari sebuah kesalahan, entah itu terhadap keluarga, tetangga, atau kawan. Kesalahan adalah sesuatu yang wajar ketika berinteraksi dengan sesama. Namun menjadi sesuatu yang luar biasa, jika kita bisa menyikapi kesalahan itu dengan saling memaafkan. “Setiap anak adam tidak luput dari kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.”(HR. Tirmidzi).

Mugkin suatu saat kita pernah dijahili oleh teman, kemudian kita merasa sakit hati. Sakit hati itu sesuatu yang wajar, tapi jangan sampai itu berlarut-larut. Secara psikologis, saling memaafkan itu sehat dan menyehatkan.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik. Tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah.

Yang mendapatkan keuntungan pertama dari sikap memaafkan adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan seseorang. Semakin dalam rasa kesalahan, kebencian, dan permusuhan kita terhadapa seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.

Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban dimanapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul kemana-mana tadi akan hilang? Pengalaman sehari-hari akan mengatakan,”Tidak,”dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat hati yang telah terluka dan perih.

Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri ? begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang dan luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit. Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.

Jangan berlama-lama memelihara dendam dalam hati. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan. Meskipun momen lebaran telah berlalu, sudah seharusna budaya saling memaafkan bisa kita lestarikan tidak hanya pada momen-momen tertentu. Bila merasa salah kita harus sesegera mungkin minta maaf, dan jika ada orang lain yang berbuat salah segera kita maafkan tanpa perlu diminta.

Alangkah indahnya kalau saja dalam lingkungan keluarga dan pergaulan kita selalu terjalin hubungan cinta kasih yang tulus, yang satu selalu siap memaafkan yang lain. Pribadi yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta kasih biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat. Dan memaafkan itu cerminan kebesaran jiwa seseorang dan sekaligus mendatangkan kebahagiaan bagi kedua belah pihak. Allahu A’lam.(wan)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar